27.8.15

PERTEMUAN EVALUASI BLOK PENGHASIL TINGGI TANAMAN KELAPA

           Benih adalah salah satu sarana penting dalam aspek budidaya tanaman yang memiliki peranan yang sangat menentukan dalam upaya peningkatan produksi dan mutu hasil serta sebagai Carrier Technology, maka kebun-kebun sumber benih yang dibangun baik berupa Kebun Induk (KI) ataupun Blok Penghasil Tinggi (BPT) haruslah benar-benar mampu menjamin tersedianya benih unggul bermutu secara memadai dan berkesinambungan serta dapat dipertanggungjawabkan sesuai standar teknis dan peraturan perbenihan.
            Menindaklanjuti hal tersebut di atas maka UPT Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih-Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, menyelenggarakan kegiatan pertemuan evaluasi blok penghasil tinggi tanaman kelapa yang di ikuti oleh kelompok tani, petugas teknis kabupaten, dan penangkar benih kelapa se jawa timur. Acara ini dilaksanakan di aula hotel Yusron kabupaten Jombang pada 25-26 agustus 2015.


              Pada kesempatan tersebut, dinas kehutanan dan perkebunan kabupaten kediri mengundang dua kelompok tani, yaitu kelompok tani gemah ripah dan among tani desa Susuhbango kecamatan Ringinrejo hadir sebagai peserta, dalam hal ini diwakili oleh pengurus masing-masing kelompok yang sekaligus didampingi oleh petugas/pendamping kelompok tani, yang dalam hal ini penyuluh pertanian saudara heri prasetyo, SP. Adapun materi pada kegiatan tersebut adalah pemberdayaan asosiasi/ kelompok tani, syarat teknis penilaian/evaluasi blok penghasil tinggi kelapa, pengendalian hama dan penyakit tanaman serta skim pembiayaan sektor perkebunan dengan bunga rendah, yakni 6% per tahun.



Blok adalah kebun kelapa yang tanamannya berada dalam satu hamparan (tidak terpencar) dengan luas minimal 2,5 hektar dan maksimal 25 hektar. Jika lebih luas dari 25 hektar maka blok harus dibagi masing-masing seluas 25 hektar. Dengan cara ini dipilih blok-blok tanaman Kelapa Dalam yang berasal dari pertanaman kelapa milik rakyat yang berproduksi tinggi, yang dapat menghasilkan benih/bibit yang bermutu tinggi. Untuk sementara, cara blok ini dipakai untuk memenuhi kebutuhan sumber benih kelapa dalam didaerah, namun ke depannya diupayakan sumber benih yang digunakan berasal dari kebun induk kelapa dalam.  

Dalam menentukan Blok Penghasil Tinggi (BPT) Kelapa Dalam ada beberapa syarat teknis yang harus diperhatikan antara lain:
1. Pertanaman
   Pertanaman kelapa untuk penyelenggaraan BPT Kelapa Dalam harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut :
a. Pertanaman homogen (seragam) yang didasarkan pada jenis Kelapa Dalam lebih dari 98 persen, bentuk mahkota daun bulat dan atau setengah bulat lebih dari 80 persen.

b. Koefisien keragaman blok paling tinggi 20 persen.
Keseragaman pertanaman pada BPT Kelapa Dalam perlu diperhatikan mengingat bahwa Kelapa Dalam bersifat menyerbuk silang, dengan demikian bila pertanaman tidak homogen akan timbul variasi yang besar pada keturunannya, sehingga pengadaan benih dari blok tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan.

c. Produksi blok paling sedikit 1,5 ton kopra per hektar per tahun, yaitu tingkat produksi yang secara ekonomis masih menguntungkan.

d. Pohon induk dalam BPT menghasilkan paling sedikit 12 tandan per tahun dengan paling sedikit 5-7 buah per tandan.

e. Tandan buah pendek dan kekar, sehingga kuat menyangga buah.

f. Pertanaman bebas dari hama dan penyakit, hal ini didasarkan agar benih tidak menjadi sumber hama dan penyakit.

g. BPT sebaiknya di daerah sentra kelapa dan strategis, sehingga mudah dijangkau.
  
2. Produksi Daun
Kualitas dan kuantitas daun tanaman kelapa untuk BPT Kelapa Dalam harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Mahkota daun berbentuk bulat atau setengah bulat
b. Tangkai daun pendek dan kekar, panjang < 2,0 m
c. Jumlah daun paling sedikit 30 sampai 40 tiap pohon, termasuk yang belum terbuka.
d. Laju pertumbuhan daun cepat, yaitu paling sedikit 12 daun per tahun dengan anak daun (leaflet) banyak dan lebar.
e. Warna daun hijau segar

3. Buah dan Biji
Untuk penentuan BPT Kelapa Dalam, buah dan biji harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Bentuk buah bulat atau agak bulat, sedangkan buah tanpa sabut (biji) berbentuk bulat, dengan dasar rata dan agak bulat.
b. Ukuran buah paling sedikit 22 x 17 cm
c. Berasal dari buah yang telah masak, berwarna coklat, licin dan cukup mengandung air.
d. Berat buah paling sedikit 1,5 Kg.
e. Contoh buah yang dianalisa paling sedikit mengandung 470 gram daging buah basah atau 235 gram kopra per butir.
f. Tebal daging buah paling sedikit 11 mm
g.Tangkai buah pendek dan kekar, sehingga mampu menopang buah
h. Bebas dari hama dan penyakit
i.  Keragaman sifat buah tidak lebih dari 20 persen.

4. Keadaan hama dan penyakit

a. Keadaan hama
-  Tingkat populasi hama
Penghitungan tingkat populasi hama dan besarnya serangan hama didasarkan atas sejumlah pohon yang diambil secara acak. Banyaknya pohon contoh tergantung banyaknya pohon di areal pertanaman. Kriteria yang dipakai untuk penghitungan pohon contoh sebagai berikut:
(1) Untuk populasi tanaman kurang dari atau sama dengan 300 pohon, banyaknya pohon contoh 10 persen
(2) Untuk populasi tanaman antara 301 sampai dengan 1.000 pohon, banyaknya pohon contoh 5 persen
(3) Untuk populasi tanaman antara 1.001 sampai dengan 5.000 pohon, banyaknya pohon contoh 2,5 persen
(4)  Untuk populasi tanaman antara 5.001 sampai dengan 10.000 pohon, banyaknya pohon contoh 1,5 persen
(5)  Untuk populasi tanaman lebih dari 10.000 pohon, banyaknya pohon contoh 1 persen.
Luas serangan hama dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

L =    M     x  100 %
       M + K

L  = Luas Serangan
M = Banyaknya pohon yang terserang
K  = Banyaknya pohon yang sehat

Banyaknya serangga per pohon dapat dihitung dengan rumus :

A = B
      C

A  = Banyaknya serangga rata-rata per pohon
B  = Banyaknya serangga yang diketemukan pada pohon contoh
C  = Banyaknya pohon contoh

Atas dasar kriteria dan penghitungan luas serangan serta banyaknya serangga per pohon tersebut diatas, maka dapat ditentukan tingkat populasi hama yang cenderung menimbulkan kerusakan berat. Batas populasi hama yang cenderung dapat menimbulkan kerusakan berat tercantum pada tabel dibawah ini:
 No. Jenis Hama   Besarnya serangan (%) Banyaknya serangga per pohon (ekor)  Stadium Serangga 
 1. Oryctes rhinoceros L  > 5  -  -
 2. Brontispa longissima Var. Javana Weise  > 5  > 5  Larva + Imago
 3. Sexava nubila Stahl  > 5  > 3  Larva + Imago
 4. Artona cataxantha Hamps  > 5  > 3  Larva
 5. Setora nitens Wik  > 5  > 3  Larva
 6. Parasa lepida Cramer  > 5  > 3  Larva
 7. Chalcocelis sp  > 5  > 3  Larva
 8. Aspidiotus destructor Sgn  > 5  -
 9. Hidari irava Moore   > 5  > 3  Larva
 10. Tirathaba sp   > 5  > 4  Larva
 11. Trichoderma sp   > 5  -
 -    Keadaan lingkungan
(1). Topografi daerah pertanaman dan sekitarnya
      Daerah ini hendaklah seragam dalam arti datar, tidak bergelombang atau tidak terdapat jurang-jurang yang dalam. Dengan demikian dihindari adanya kantung-kantung yang dapat menjadi persembunyian hama. 
(2). Keadaan tanaman inang
      Setiap jenis serangga, mempunyai beberapa tanaman inang yang khusus diusahakan agar jumlah dan jenis tanaman inang dikurangi agar tidak terjadi migrasi dan ledakan hama.  

(3). Keadaan Iklim    

b.    Keadaan Penyakit
Keadaan penyakit terbagi menjadi 2 yaitu: 1. Berbahaya seperti penyakit layu natuna, busuk tunas (bud rot), cadang-cadang, yellowing, dan stem bleding; 2. Tidak berbahaya seperti penyakit becak daun, daun kuning, daun kering.

5. Umur tanaman    
Umur tanaman berkisar antara 15-60 tahun, pohon yang terlalu tua atau muda tidak dipilih dengan pertimbangan bahwa pohon yang terlalu tua kemampuan produksinya sudah menurun. Sedangkan pohon yang terlalu muda sifat produksi dan toleransinya belum cukup teruji. (Inugraha, STP)

Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Blok Penghasil Tinggi Kelapa Dalam, Direktorat Jenderal Perkebunan bekerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Industri Bogor. 1983.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar